Strategi Penguatan Kelembagaan Pertanian di Kawasan Timur Indonesia, Menurut Profesor Yusuf

Ahli sekaligus Profesor Riset Bidang Sistem Usaha Pertanian, Agribisnis, dan Kelembagaan Usaha Tani dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Yusuf, mengemukakan pentingnya strategi penguatan kelembagaan pertanian di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Dalam Sidang Terbuka Pengukuhan Profesor Riset BRIN di Jakarta, Selasa (19/11), Yusuf menyampaikan bahwa meskipun KTI memiliki potensi besar di bidang pertanian, wilayah ini masih menghadapi sejumlah tantangan besar, seperti keterbatasan infrastruktur, akses permodalan, serta kelembagaan petani yang belum optimal.

 

“Reformulasi strategi yang mengintegrasikan alih teknologi dan penguatan kelembagaan pertanian di KTI sangat diperlukan untuk mengatasi tantangan tersebut,” ujar Yusuf. Ia menambahkan, wilayah yang mencakup Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur ini memiliki potensi yang besar dalam sektor pertanian, namun keberlanjutan dan kemajuan sektor tersebut sangat bergantung pada penguatan kelembagaan dan sistem usaha pertanian yang lebih terintegrasi.

 

Yusuf mengemukakan tiga hal utama yang harus diperhatikan dalam penguatan kelembagaan pertanian di KTI. Pertama, dinamisasi Sistem Usaha Pertanian (SUP) di wilayah tersebut harus dilakukan dengan memperkenalkan inovasi yang memungkinkan adaptasi teknologi tepat guna. Dengan adanya inovasi tersebut, para petani di KTI dapat memanfaatkan teknologi yang sesuai dengan kondisi lokal mereka, yang akan meningkatkan hasil pertanian dan kesejahteraan petani.

 

Kedua, penguatan kelembagaan petani harus menjadi fokus utama, karena lembaga yang solid dapat membantu petani untuk lebih mudah mengakses informasi, pelatihan, serta bantuan dalam hal permodalan dan pemasaran. Oleh karena itu, perlu adanya sistem pendukung yang kuat bagi petani agar mereka bisa lebih mandiri dan produktif.

 

Ketiga, Yusuf menekankan pentingnya memperkuat Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) sebagai penghubung antara Kementerian Pertanian, lembaga penelitian seperti BRIN, perguruan tinggi, sektor swasta, serta institusi terkait lainnya. BSIP dapat memainkan peran strategis dalam memastikan bahwa kebijakan, teknologi, dan hasil riset yang ada dapat diterapkan secara efektif di lapangan, menghubungkan berbagai pihak untuk menciptakan solusi bersama.

 

Melalui tiga langkah utama ini, Yusuf berharap penguatan kelembagaan pertanian di KTI dapat mengoptimalkan potensi besar yang dimiliki wilayah tersebut, serta meningkatkan kesejahteraan petani di kawasan yang masih tertinggal ini. Penguatan kelembagaan akan membuka peluang lebih luas bagi pengembangan sektor pertanian yang lebih modern, efisien, dan berkelanjutan.

 

#PertanianKTI #StrategiPertanianBRIN

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *